Senin, 12 Desember 2011

BUAH BELIMBING WULUH SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF DAN RADIKAL BEBAS


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya ini dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan makalah yang berjudul : BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)) SEBAGAI PENGOBATAN ALTERNATIF DAN RADIKAL BEBAS. Selain untuk mengikuti karya ilmiah ini, penulis berkeinginan memaparkan manfaat lain dari Buah Belimbing wuluh yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas sekolah.
Dalam penyelesaian karya ini, penulis banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan akan kurangnya pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya karya ini dapat terselesaikan walaupun masih terdapat kekurangan didalamnya. Karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada ALLAH SWT. Dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Julianto, s.Kom sebagai pendamping saya yang telah banyak memberikan saran dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi saya dan para pembaca pada umumnya. Sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

                                                                                                             Sumenep, 12 Desember  2011



                                                                                                                               Penulis

                                                                             i










DAFTAR ISI

                                                                                 Halaman
KATA  PENGANTAR  ......................................................                  i
DAFTAR ISI .......................................................................                ii
BAB I            PENDAHULUAN .......................................
a.       Latar Belakang ..............................................              1
b.      Perumusan Masalah ......................................               1
c.      Tujuan Masalah .............................................               2
d.      Manfaat Penulisan .........................................               2
e.      Batasan Masalah ...........................................                2
f.       Metode Penelitian .........................................                3 
     
BAB II            TINJAUAN PUSTAKA ...............................               
a.      Pengertian ......................................................                4     
b.      Klasifikasi .......................................................               6
c.      Kandungan .....................................................                7
d.     Cara Pemakaian  ..............................................               7
e.      Pembudidayaan ...............................................              10

BAB III          PENUTUP ......................................................
a.      Kesimpulan .....................................................              18
b.      Saran ...............................................................              18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................                  19







BIODATA PENULIS
    A.   Riwayat Hidup :

Nama                              : Nurul Qomariyah
Tempat, tanggal lahir     : Sumenep, 11 November 1996
NAS                               : 21
Kelas                              : IX-B
Sekolah                          : SMPN 1 Sumenep
Status                             : Pelajar
Agama                           : Islam
Alamat                           : Jl. Dr. Cipto Gg 5 No. 4 Kolor
Orang Tua                     : a. Ayah      : SUMARTO
                                        b. Ibu         : R.Aj Siti Fatimah

    B.   Riwayat Pendidikan :

         Lulus TK Wijaya Kusuma                tahun 2003
         Lulus SDN Kolor II                          tahun 2009
         Masuk SMPN I Sumenep                 tahun 2009









BAB I
                                                        PENDAHULUAN
I.    Latar Belakang 
Banyak tanaman di Indonesia yang sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat, namun belum dibudidayakan secara khusus. Salah satu diantaranya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Belimbing wuluh merupakan tumbuhan berjenis pepohonan yang hidup di ketinggian dari lima sampai 500 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini mudah sekali tumbuh dan berkembang biak melalui cangkok atau persemaian bijinya. Jika ditanam lewat biji, pada usia 3-4 tahun, ia sudah mulai berbuah, yang setahunnya bisa mencapai 1.500 buah perpohon. Buahnya lonjong, warna buahnya hijau muda bila masih muda, jika sudah matang berwarna kekuningan kusam, mengandung banyak air dan rasanya asam segar. Setiap musim belimbing, tanaman belimbing wuluh banyak menghasilkan buah, dikarenakan buahnya bergerombol. Bisa dimengerti, karena keasamannya ini kehadiran belimbing wuluh seakan terabaikan. Ia terhitung jarang ditanam apalagi sampai dikebunkan seperti belimbing manis. Sebab, kata kebanyakan penggemar tanaman buah, tanamannya saja tidak dapat diandalkan untuk ditanam di pekarangan sebagai sumber keteduhan. Padahal tanaman ini mudah ditanam dan diperbanyak. (Lin, 1994).
Padahal secara tradisional tanama ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi sampai berdarah tekanan darah tinggi.
Bagian yang biasa digunakan adalah buah, batang, daun dan bunganya. Keempat bagian tersebut banyak mengandung senyawa yang berkhasiat. Diantaranya adalah saponin, tannin, glukosida, hingga kalsium. Salah satu yang paling dikenal orang belimbing wuluh sebagai obat sariawan. Konon rasanya yang masam mengandung vitamin C yang tinggi, caranya dengan mengunyah atau ditempelkan pada bagian yang sariawan.
Khasiat lain adalah sebagai obat asma atau sesak nafas. Cukup dengan merebus bunga belimbing wuluh dengan air dan gula batu. Lalu diminum sehari 2-3 kali sehari samapai asama dan alerginya sembuh. Belimbing wuluh juga mampu mengobati batuk kering, kandungan kaliumnya mampu melancarkan dahak dan menurunkan panas.
II.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah :
ü  Apakah khasiat dari belimbing wuluh.
ü  Apakah Belimbing wuluh membantu penyembuhan penyakit pada kulit.


1

                                                                
                                                                                                                                      2
III. Tujuan Masalah  
                                                       
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :
1.     Untuk mengetahui Kasiat dari belimbing Wuluh
2.   Untuk mengetahui Apakah Belimbing wuluh membantu penyembuhan penyakit pada kulit.
IV. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian antara lain :
1.      Untuk menyelesaikan tugas pelajaran Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
2.      Sebagai bahan dalam memberikan sumbangan pemikiran pada masyarakat dalam meningkatan kesehatan pada masing-masing anggota keluarga mereka.
3.      Untuk mengetahui apakah kesehatan masyarakat telah terpenuhi dengan baik atau sebaliknya.
4.      Karya ini akan membantu dalam pelaksanaan program selanjutnya terlebih jika siswa lanjut dibidang kedokteran atau keperawatan.
V. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada :
·         Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka saya dapat mengambil batasan masalah sebagai berikut : Penelitian ini hanya meneliti dan membahas tentang kandungan dan manfaat belimbing wuluh di bidang kesehatan, tidak meluas ke bidang-bidang yang lain.



                                         3
VI.    Metode Penelitian
1.      Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data menggunakan metode sebagai berikut:
a.       Study Literatur
Mengumpulkan dan mempelajari study pusaka yang berkaitan dengan bahasa pemograman yang digunakan.
b.      Survey
Melakukan survey sistem informasi kebutuhan pada dinas terkait

2.      Analisa Kebutuhan Sistem
Analisa kebutuhan sistem merupakan tahap awal dari pengembangan sistem. Dalam tahap ini dapat didefinisikan pokok permasalahan yang ada pada suatu instansi sebagai objek penelitian dan penentuan tujuan perancangan sebagai acuan untuk penentuan sebagai acuan untuk menentukan tahap-tahap penting berikutnya.
3.      Perancangan
Perancangan merupakan  tahap awal yang nantinya akan di aplikasikan pada suatu proses. Pada perancangan sistem ini, terdapat beberapa perancang.
4.      Implementasi
Implementasi merupakan tahap awal merealisasikan sebuah sistem yang dibuat dengan diawali proses sebagai kerangka awal menjadi suatu sistem yang diharapkan dan dapat membantu mengatasi permasalahan yang ada.
5.      Uji  Coba
Dalam tahap ini dilakukan uji coba ulang hasil implementasi yang dibuat untuk mengetahui faridasi sistem.
6.      Penulisan Tugas Akhir
Dalam tahap ini dilakukan proses dan penyusunan laporan karya tulis.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
          2.1.1. Pengertian Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh atau disebut juga belimbing sayur, belimbing asam atau belimbing buluh dengan nama latin Averrhoa bilimbi merupakan tanaman yang mempunyai buah berasa asam yang kaya khasiat sering digunakan sebagai bumbu sayuran atau campuran jamu. Belimbing wuluh atau belimbing sayur diduga berasal dari kepulauan Maluku dan kini tersebar keseluruh Indonesia dan negara-negara sekitar seperti Filipina, Myanmar, dan Srilanka.
Pohon belimbing wuluh kecil setinggi sekitar 10 meter dengan diameter pangkal batang mencapai 30 cm. Batangnya bergelombang dan tidak rata. Daun belimbing sayur merupakan daun majemuk sepanjang 30-60 cm dengan 11-45 pasang anak daun. Anak daun berwarna hijau, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur hingga jorong dengan ujung agak runcing, pangkal membulat, tepi daun rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm. Belimbing wuluh mempunyai bunga majemuk yang tersusun dalam malai, berkelompok. Bunga belimbing asam, seperti buah kepel, tumbuh keluar dari batang atau percabangan yang besar. Buah belimbing buluh berupa buni berbentuk lonjor bersegi, dengan panjang 4-6 cm. Buahnya berwarna hijau kekuningan, berair dan jika masak berasa asam.
Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang ternyata kaya khasiat. Juga disebut blimbing buloh (Bali), limbi (Bima), libi (Sawu), balimbeng (Flores), belerang (Sangi), lumpias, rumpeasa dureng, wulidan, lopias, lembetue (Gorontalo), bainang (Makasar), calene (Bugis), takurela (Ambon), kerbol (Timor), malibi (Halmahera), uteke (Papua). Dalam bahasa Inggris dikela sebagai cucumber tree atau bilimbi. Sedangkan dalam bahasa latin disebut Averrhoa bilimbi. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat dimanfaatkan sebagai sirup, bumbu masakan atau sayur, membersihkan noda pakaian, mengkilatkan barang-barang dari kuningan, dan sebagai bahan obat tradisional.


4



                                                                                                                                                5

Belimbing Asam/ Belimbing Wuluh

Sering disebut dengan belimbing asam, atau belimbing buluh (besi) karena rasa buahnya yang asam. Bentuk tanaman memanjang ke atas bisa mencapai 12 meter.berdaun tersuun berpasangan, bentuk lonjong (bulat tlur) terletak di ujung cabang atau ranting.

Bentuk buah bulat lonjong berwarna hijau pekat pada waktu muda, dan berbuah kekuniongan setelah matang. Buah-buah seukuran telur puyuh ini muncul dan bergelantungan pada batang dan dahannya. Dagingnya banyak mengadung air dengan rasa sangat asam. Walaupun namanya belimbing seperti belimbing manis, dan jarang di konsumsi langsung sebagaii buah segar, namun belimbing jenis ini banyak berguna sebagai bumbu seperti manisan dan lain sebagainya.

Belimbing Manis

Belimbing ini berbeda dengan belimbing asam jika belimbing asam sedikit cabang maka belimbing manis ini sebaliknya mmbpunyai dahan dan ranting yang tumpuh dengan rapat dan rimbun, tinggi semampai dapat mencapai ketinggia 12 meter. Daun majemuk, bunga bakal buah berbentuk kecil-kecil dan berwarna muda. Dan bunga sangat mudah rontok jika terkena gearan.
Buah belimbing manis berbentuk lonjong bersegi lima, jika dilihat dari bawah, bentuk penampang lintang buahnya mirip dengan bentuk bintang. Ukuran nya dapat mencapai ukuran gelas besar. Dan mempunyai rasa yang manis. Pada waktu muda buah berwarna hijau muda, dan akan berubah menjadi kuning sampai kemerahan jika telah tua.

Secara umum tanaman ini banyak di sukai orang dari bentuk tanamannya karena dapat dijadikan tanaman pelindung atau peneduh dikarenakan bentuknya yang rimbun dan banyak ditanam diperkarangan rumah maupun kebun.

Dilihat dari penanaman belimbing ini tidaklah sulit. Dan bisa di tanam di mana saja. Jika penanaman dengan biji pada usia 3 – 4 tatahun sudah dapat berbuah, hasil tanaman bisa mencapai 1.500 buah pertahunnya. Selain buah segar belimbing jenis ini dapat dijadikan makanan olahan seperti dijadikan selai, sari buah, rujak dan lain sebagainya. Dan belimbing jenis ini pun diperkaya dengan vitamin C dan vitamin lainnya.

                                                                                           
                                                                                            6
Selain buah, daun dan batangnya juga bisa dijadikan campuran obat. Ini lantaran beberapa zat kimia yang terkandung pada tanaman seperti sponin, tanin, glucoside, kalsium oksalat, sulfur, asal format, dan peroksidase yang terkandung pada batang belimbing wuluh. Juga tanin, sulfur, asal sulfat, peroksidase, kalsium oksalat dan kalium sitrat pada daunnya. Sedangkan buah belimbing wuluh sendiri berkhasiat sebagai analgesik, dan diuretik.
2.1.2. Klasifikasi Belimbing Wuluh
Adapun susunan taksonomi belimbing wuluh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi
Tanaman belimbing dibagi menjadi 2 jenis, yaitu belimbing manis (Averrhoa corambola) dan belimbing asam (Averhrhoa blimbi) atau sering diebut belimbing wuluh.


Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal dengan berbagai daerah dengan nama yang berbeda, seperti: limeng, selimeng (Aceh), Selemeng (Gayo), asom belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung), belimbing wuluh (jawa), calincing wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura).
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       7
            Bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat digunakan sebagai obat sariawan dan batuk. Sedangkan daunnya dapat mengobati perut sakit, gondong (parotitis), tekanan darah tinggi, dan rematik. Buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai obat tradisional untuk batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, gangguan pencernaan, dan radang rektum.
Sayangnya saya bukan ahli di bidang obat-obatan sehingga khasiat belimbing wuluh sebagai obat tradisional tidak dapat saya uraikan secara detail. Yang saya ketahui, tumbuhan dengan nama latin Averrhoa bilimbi ini, yang konon merupakan tumbuhan asli Indonesia, ternyata tidak dapat dianggap sepele.
2.1.3. Kandungan Belimbing Wuluh
Kandungan Gizi Belimbing sayur, belimbing wuluh, belimbing buluh, atau belimbing asam per 100 g bagian yang bisa dimakan :
    * Kelembaban       :  94,2-94,7 g
    * Protein               : 0,61 g
    * Ash                    : 0,31-0,40 g
    * Fiber                   : 0.6g
    * Fosfor                : 11.1 mg
    * Kalsium              : 3.4 mg
    * Besi                    : 1,01 mg
    * Thiamine            : 0,010 mg
    * Riboflavin          : 0,026 mg
    * Karoten              : 0,035 mg
    * Ascorbic Acid    : 15,5 mg
    * Niacin                : 0,302 mg

2.1.4.   Cara Pemakaian
Blimbing Wuluh menyebuhkanGusi berdarah
  • Mengkonsumsi buah belimbing wuluh baik segar maupun manisan secara rutin tiap hari
  • Dua buah belimbing wuluh dimakan tiap hari
Blimbing Wuluh sebagai Obat Gondongan
  • 1/2 genggam daun belimbing wuluh ditumbuk dgn 3 bawang putih. Kompreskan pada bagian yg gondongan.

                                                                                 8
  • 10 ranting muda belimbing wuluh berikut daun dan 4 butir bawang merah setelah dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ketempat yg sakit.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Rematik
  • Segenggam daun belimbing wuluh dicuci tumbuk sampai halus tambahkan kapur sirih gosokkan ke bagian yg sakit.
  • 100 gr daun muda belimbing wuluh 10 biji cengkeh dan 15 biji merica dicuci lalu digiling halus tambahkan cuka secukup sampai menjadi adonan seperti bubur. Oleskan adonan bubur tadi ketempat yg sakit.
  • 5 buah belimbing wuluh 8 lembar daun kantil (Michelia champaca L.) 15 biji cengkeh 15 butir lada hitam dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn 2 sendok makan air jeruk nipis dan 1 sendok makan minyak kayu putih. Dipakai utk menggosok dan mengurut bagian tubuh yg sakit. Lakukan 2-3 kali sehari.          
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sariawan
  • 10 kuntum bunga belimbing wuluh asam jawa gula aren direbus dgn 3 gelas air sampai air tinggal 3/4 saring minum 2 kali sehari.
  • Segenggarn bunga belimbing wuluh gula jawa secukup dan 1 cangkir air direbus sampai kental. Setelah dingin disaring dipakai utk membersihkan mulut dan mengoles sariawan.
  • 2/3 genggam bunga belimbing wuluh dicuci lalu direbus dgn 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum sehari 3 kali 3/4 gelas. 3 buah belimbing wuluh 3 butir bawang merah 1 buah pala yg muda 10 lembar daun seriawan 3/4 sendok teh adas 3/4 jari pulosari dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn 3 sendok makan minyak kelapa diperas lalu disaring. Dipakai utk mengoles luka-luka akibat sariawan 6-7 kali sehari.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sakit gigi
  • Lima buah belimbing wuluh setelah dicuci bersih dikunyah dgn garam. Ulangi beberapa kali sampai hilang rasa sakitnya.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Pagel linu
  • Satu genggam daun belimbing wuluh yg masih muda 10 biji cengkeh 15 biji lada digiling halus lalu tambahkan cuka secukupnya. Lumurkan ketempat yg sakit
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penghilang Panu
  • Sepuluh buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus tambahkan kapur sirih sebesar biji asam diremas sampai rata. Ramuan ini dipakai utk menggosok kulit yg terserang panu. Lakukan 2 kali sehari.

                                     
                                        9
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sakit Gigi Berlubang
  • 5 buah belimbing wuluh dicuci bersih makan dgn sedikit garam kunyah ditempat gigi yg berlubang
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penurun Tekanan Darah Tinggi
  • Siapkan 3 buah belimbing wuluh dan biji srigading 25 gr yg sudah dicuci bersih. Biji srigading ditumbuk halus. Masukkan ke dalam panci berisi 4 gelas air dan rebuslah bersama belimbing wuluh. Dinginkan lalu saring sebelum diminum. Cukup diminum 1 gelas sehari.
  • Buah yg besar dan berwarna hijau diparut ambil air dan diminum.
  • 3 buah belimbing diparut peras air diminum sekali sehari.
  • 3 buah belimbing wuluh dicuci lalu dipotong-potong seperlu direbus dgn 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring minum setelah makan pagi.
  • 10 buah belimbing wuluh 1 jari rimpang kunyit 1/4 genggam daun meniran 3 jari labu air 3 jari gula enau dicuci dan dipotong-potong
  • seperlu lalu direbus dgn 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring minum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Batuk
  • Daun bunga buah yg masing-masing sama banyak direbus dalam air yg mendidih selama 1/2 jam dan minum airnya.
  • Segenggam daun belimbing wuluh segenggam bunga dan 2 buah belimbing gula batu rebus dgn 2 gelas air sampai air tinggal setengah saring minum 2 kali sehari.
  • Segenggam bunga belimbing wuluh beberapa butir adas gula secukup dan air 1 cangkir ditim selama beberapa jam.
  • 25 kuntum bunga belimbing wuluh 1 jari rimpang temu-giring 1 jari kulit kayu manis 1 jari rimpang kencur 2 butir bawang merah 1/4 genggam pegagan 1/4 genggam daun saga 1/4 genggam daun inggu 1/4 genggam daun sendok dicuci dan dipotong-potong seperlu direbus dgn 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring diminum dgn madu seperlunya. Sehari 3 kali 3/4 gelas.
  • Buah belimbing wuluh dibuat manisan sehari makan 3 x 6-8 buah.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Diabetes
  • Enam buah belimbing wuluh dilumatkan direbus dgn 1 gelas air sampai air tinggal setengah saring minum 2 kali sehari.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penghilang Jerawat
  • Siapkan 3 buah belimbing wuluh segar. Cuci hingga bersih. Buah diparut dan diberi sedikit garam.
  • Tempelkan pada kulit yg berjerawat. Lakukan 2 kali sehari.
  • Buah belimbing wuluh secukup dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn air garam seperlu utk menggosok muka yg berjerawat. Lakukan 3 kali sehari.




                                      10
  • 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang digiling halus lalu diremas dgn 2 sendok makan air jeruk nipis. Ramuan ini dipakai utk menggosok dan melumas muka yg berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.

2.1.6. Pembudidayaan Belimbing Wuluh
1. PEMBIBITAN

1)    Persyaratan Benih dan Bibit

Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.

2) Penyiapan Benih

Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif).

Tata cara penyiapan batang bawah untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut :

a) Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.
b) Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung dalam suatu wadah.
c) Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.
d) Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya berkisar antara 12–14 %.
e) Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau langsung disemai di persemaian.

3) Teknik Penyemaian Benih

Penyiapan lahan persemaian meliputi tahapan sebagai berikut :

a) Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur.
b) Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari.
c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.



                                                                                                                                                               11

d) Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
e) Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.
f) Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.

Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah sebagai berikut :

a) Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C) selama 30 menit atau lebih.
b) Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di tempat yang lembab selama
beberapa waktu.
c) Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan
atau alur-alur dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.
d) Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a) Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.
b) Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter
untuk disiramkan pada media pesemaian setiap 3 bulan sekali.
c) Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah
dan penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan.

5) Pemindahan Bibit

Penyapihan (pendederan bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.

2.  PENGOLAHAN MEDIA TANAMAN

1) Persiapan
Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m2, yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi


                                                                                                                                                              12 
tanaman, sebagai indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air. Ciri lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut berada di suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbin di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.

2) Pembukaan Lahan
Tentukan areal lahan yang strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan) tanah lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 kemudian rapikan bedengan sambil dicampurkan
 dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.

3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150 cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.


3. TEKNIK PENANAMAN

1) Penentuan Pola Tanam
Penetuan jarak tanam dan pola tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar 6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen dan dipelihara intensif.


2) Pembuatan Lubang Tanam
Sebelum bibit ditanam, terlebih dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali sedalam 50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian atas dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1. Selain itu juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1 genggam per lubang tanam. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali ke dalam lubang.

3) Cara Penanaman
Lubang yang sudah dipersiapkan untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami, tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. Bila yang ditanam bibit okulasi klon B17, maka pada waktu 



                                                                                                                                                             13

ditanam di lapang harus dikombinasikan/ diseling dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8 tanaman B17 ditengah-tengahnya ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk membantu penyerbukan, karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17 ini bersifat male sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.


4.  PEMELIHARAAN TANAMAN

1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran.

2) Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan
Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan.

3) Pemupukan
Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25 kg pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.

4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu. Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu



                                                                                                                                                               14

 butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan dengan dosis yang tertera pada kemasan.


5.  HAMA DAN PENYAKIT

 Hama

1) Lalat buah (Dacus pedestris)
Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran.

Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas.


2)      Hama lain
kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar. Pengendalian : kutu daun dan semut dapat disemprot dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC dll, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau.


Penyakit

1) Bercak daun
Penyebab: cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan, dll.

2) Penyakit kapang jelaga
Penyakit ini hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengendalian : disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan.


                                                                                                                                                                                       15                    
PANEN
·         Ciri dan Umur Panen

Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing


·         Cara Panen
Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung) dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.
·         Periode Panen
Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus
 sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.
·        Prakiraan Produksi
Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara 150 - 300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250 - 400 pohon dengan produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6 - 19 ton.

6. PASCAPANEN

Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak).

Tahapan penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.

 2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).




                                                                                                                                                            16
3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.

4. Pengemasan dan Pengangkutan
1) Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue atau polysterene net.
2) Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat penjualan/penampungan.

7. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

ü  Analisis Usaha Budidaya
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300buah/
pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp. 5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan, panen/pascapanen, dll.

ü  Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                17
                                                                                              
8. STANDAR PRODUKSI
§  Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

§  Diskripsi
§  Klasifikasi dan Standar Mutu
§  Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
1. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
§  Pengemasan
Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan,berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.











BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Dalam pembahasan yang telah dapat di simpulkan bahwa belimbing wuluh ini adalah tanaman yang mempunyai buah berasa asam yang kaya khasiat sering digunakan sebagai bumbu sayuran atau campuran jamu. Buah belimbing wuluh berkhasiat sebagai obat tradisional untuk batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, gangguan pencernaan, dan radang rektum.
Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah sampai tekanan darah tinggi.
Bagian yang biasa digunakan adalah buah, batang, daun dan bunganya. Keempat bagian tersebut banyak mengandung senyawa yang berkhasiat. Diantaranya adalah saponin, tannin, glukosida, hingga kalsium. Salah satu yang paling dikenal orang belimbing wuluh sebagai obat sariawan. Konon rasanya yang masam mengandung vitamin C yang tinggi, caranya dengan mengunyah atau ditempelkan pada bagian yang sariawan.
3.2 Saran
Dengan lebih mengetahui banyaknya manfaat yang terdapat dalam kandungan buah ini sudah selayaknya kita dapat mengolahnya menjadi makanan bernutrisi yang dapat bernilai ekonomis tinggi. Sebagai aktivitas akademika kita juga dapat melakukan penelitian agar buah ini juga bisa dijadikan salah satu produk pertanian unggulan dalam negeri untuk bisa bersaing dalam perdagangan global saat ini.

18
                                                               





                                                                                                                                  19
DAFTAR PUSAKA